Abaikan Peran Ibu?
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Begitulah satu dari banyak lagu, puisi dan banyak lagi tulisan yang menggambarkan tentang ibu, yang membaca seringkali tersentuh, yang mendengar tak jarang hatinya pun terenyuh dengan segala yang apa yang dan telah dikorbankan oleh seorang Ibu, bahkan nyawa pun telah siaap ia korbankan saat kita 'berontak' hendak keluar dari alam rahim.
Ibu...
1. Pembentuk generasi suatu bangsa
2. Sekolah pertama bagi anak-anaknya
2. Sekolah pertama bagi anak-anaknya
Picture 2 : ikaribajuwanitasosiologi.wordpress.com |
3. Sosok yang paling dekat dengan anak
4. Sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak
5. ............
Tak bisa dipungkiri Ibu memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan anak, sejak anak dalam kandungan, ibu sudah mulai mempengaruhi fisik dan mentalnya dan ketika anak lahir, ibu yang menggoreskan warna dalam lembar-lembar putihnya untuk pertama kali. Hanya dengan kesadaran, pengorbanan dan kasih sayang yang besar dari seorang ibu, benih tumbuh berkembang dalam rahimnya selama 9 bulan, 9 bulan tentu bukan waktu yang singkat , banyak suka dan duka yang dilalui saat sang buah hati bersemanyam di dalam janin, panas, hujan, sakit, sehat, sang janin tak akan dilepas dari pelukan, kerelaan ibu menjalani masa-masa berat inilah yang akan menentukan kelestarian manusia di muka bumi, bukankah kesediaan ibu melahirkan akan menyediakan sumberdaya manusia yang membangun negara? Bagaimana jadinya negara bila ibu lebih memilih karier, karier ekonomi maupun politik dan menolak untuk hamil dan melahirkan?
Dibeberapa negara tak terkecuali Indonesia, sebagian (besar) kaum perempuan lebih memilih karier dibanding menjadi ibu, sehingga anak menjadi 'barang' langka, lalu pemerintah akan dihantui oleh ketakutan akan kurangnya sumberdaya manusia, bagi pemerintah yang sadar akan hal ini lalu membuat kebijakan memberikan fasilitas dan tunjangan bagi pasangan yang akan menikah dan ibu-ibu yang melahirkan. Hal ini tentu bisa dimengerti bahwa negara tanpa generasi baru, ibarat pohon tanpa tunas, tinggal menunggu kematian saja.
SubhanAllah, sangat tepatlah Islam memberikan kedudukan mulia kepada perempuan yang bersedia menjadi ibu "Surga di bawah telapak kaki ibu" demikian disebutkan dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Wanita yang berani menanggung resiko kematian untuk melahirkan, kemudian meninggal ketika melahirkan diberi pahala setara dengan pahala syuhada. Islam menempatkan posisi dan peran ibu sebagai tugas utama kaum perempuan. Bahkan untuk menjamin terlaksananya peran ini Islam menetapkan beberapa hukum khusus bagi perempuan, misalnya kebolehan untuk meninggalkan puasa sewaktu hamil dan menyusui, berhenti puasa dan shalat ketika haid dan nifas, hanya boleh digauli suami dalam keadaan suci dari haid dan nifas, penundaan uqubat (sanksi) bagi ibu hamil dan menyusui, memberikan hak pengasuhan kepada ibu selama anak masih kecil (belum dapat memenuhi kebutuhan fisiknya sendiri) dan lain-lain. Lalu kenapa peran ibu banyak diabaikan?
Bersambung...
4. Sosok yang pertama kali berinteraksi dengan anak
5. ............
Tak bisa dipungkiri Ibu memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan anak, sejak anak dalam kandungan, ibu sudah mulai mempengaruhi fisik dan mentalnya dan ketika anak lahir, ibu yang menggoreskan warna dalam lembar-lembar putihnya untuk pertama kali. Hanya dengan kesadaran, pengorbanan dan kasih sayang yang besar dari seorang ibu, benih tumbuh berkembang dalam rahimnya selama 9 bulan, 9 bulan tentu bukan waktu yang singkat , banyak suka dan duka yang dilalui saat sang buah hati bersemanyam di dalam janin, panas, hujan, sakit, sehat, sang janin tak akan dilepas dari pelukan, kerelaan ibu menjalani masa-masa berat inilah yang akan menentukan kelestarian manusia di muka bumi, bukankah kesediaan ibu melahirkan akan menyediakan sumberdaya manusia yang membangun negara? Bagaimana jadinya negara bila ibu lebih memilih karier, karier ekonomi maupun politik dan menolak untuk hamil dan melahirkan?
Dibeberapa negara tak terkecuali Indonesia, sebagian (besar) kaum perempuan lebih memilih karier dibanding menjadi ibu, sehingga anak menjadi 'barang' langka, lalu pemerintah akan dihantui oleh ketakutan akan kurangnya sumberdaya manusia, bagi pemerintah yang sadar akan hal ini lalu membuat kebijakan memberikan fasilitas dan tunjangan bagi pasangan yang akan menikah dan ibu-ibu yang melahirkan. Hal ini tentu bisa dimengerti bahwa negara tanpa generasi baru, ibarat pohon tanpa tunas, tinggal menunggu kematian saja.
SubhanAllah, sangat tepatlah Islam memberikan kedudukan mulia kepada perempuan yang bersedia menjadi ibu "Surga di bawah telapak kaki ibu" demikian disebutkan dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Wanita yang berani menanggung resiko kematian untuk melahirkan, kemudian meninggal ketika melahirkan diberi pahala setara dengan pahala syuhada. Islam menempatkan posisi dan peran ibu sebagai tugas utama kaum perempuan. Bahkan untuk menjamin terlaksananya peran ini Islam menetapkan beberapa hukum khusus bagi perempuan, misalnya kebolehan untuk meninggalkan puasa sewaktu hamil dan menyusui, berhenti puasa dan shalat ketika haid dan nifas, hanya boleh digauli suami dalam keadaan suci dari haid dan nifas, penundaan uqubat (sanksi) bagi ibu hamil dan menyusui, memberikan hak pengasuhan kepada ibu selama anak masih kecil (belum dapat memenuhi kebutuhan fisiknya sendiri) dan lain-lain. Lalu kenapa peran ibu banyak diabaikan?
Bersambung...
No comments:
Post a Comment