setting

Mye Gucci: Ternyata 'itu' cemburu

Ternyata 'itu' cemburu

Dulu, saat diri belum ‘dewasa’, saat masa-masa sweet seventeen , waktu itu kakak pertama saya dan satu-satunya laki-laki di keluarga, memberanikan diri untuk memperkenalkan belahan hatinya kepada kami, keluarga kecilnya, bahagia walau sederhana. Masih segar dalam ingatan sumbringah nya wajah Ibu kami saat menyambut calon menantunya, Oshe namanya cantik tak jauh berbeda dari parasnya, besar (sedikit gemuk) tapi proporsional dengan badannya yang tinggi. Physically beliau perempuan yang cantik, sopan dan ramah –penilaian secara objektif-.
Mungkin setiap orang yang pernah merasakan bagaimana rasanya bertamu ke rumah calon mertua (camer) pasti merasakan hal yang hampir sama, mungkin senang, gugup, atau biasa saja hal ini bisa dikarenakan respon dari camer, calon adik ipar atau secara umum keluarganya mungkin biasa saja, menyambut dengan senang dan hati terbuka, bahkan mungkin ada yang merasa ‘tidak disukai’ oleh calon sang suami. Begitupun dengan kakak ipar saya sekarang (yang dulu calon ). Mengingat-ingat masa ini membuat saya sering-sering beristighfar, khawatir hal yang sama terjadi pada saya, semoga tidak, aamiin. Awalnya ketika kami berkenalan tak ada sedikitpun rasa ‘gundah’ dalam hati ini atau mungkin karena saya memang tidak terlalu meng’istimewakan’ beliau, responnya biasa saja. Waktu terus berlalu, hubungan mereka semakin erat, pelan tapi pasti melangkah ke tahap yang lebih serius yaitu pernikahan.
Seringnya interaksi antara mereka (kakak dan calon istrinya), rasanya membuat saya ‘miskin’ perhatian dari seorang kakak laki-laki, tidak hanya saya tapi kami semua menyayanginya, maklum karena anak pertama dan satu-satunya, mulai rasa itu (gundah) sedikit demi sedikit tumbuh, menilai calonnya telah merebut perhatian kakak laki-laki saya, walau saya tahu mereka sedang di mabuk asmara, jadi pikir saya: wajar (ini pemikiran jahiliyah saya dulu, tapi sekarang tidak), yah mungkin itu bisa dikatakan “Saya Cemburu Melihat kakak laki-laki saya perhatian kepada perempuan lain”.(Astaghfirullah 100x, jika kakak ipar saya membaca saya berharap beliau tidak marah,  peace kak coz I love u full ). Hari demi hari berlalu, akhir-akhir ini ketika kuliah saya bersyukur mengingat setelah masa itu karena saya telah disibukkan dengan persiapan ujian nasional, kakak saya sibuk dengan pekerjaan sembari mempersiapkan pernikahannya.
Sampai pada waktu nya Januari tahun 2008, mereka melaksanakan ijab qabul , suasana haru menyelimuti upacara sakral tersebut, kami tidak menangis hanya saja berlinang air mata, hari itu telah sempurna separoh dien mereka, Alhamdulillah.. . saatnyalah mulai hari itu, kami berbagi kakak, mau tidak mau, suka tidak suka, ijab qabul sudah di ucapkan ibaratnya ‘nasi telah menjadi bubur’, InsyaAllah tidak akan ada penyesalan, keluarga kami menyambut dengan suka cita dan hati terbuka termasuk saya, Welcome my sister in law. Saya lupa kemana rasa itu? Sepertinya ia hilang seiring dengan kesibukan saya di sekolah, atau bisa jadi hilang karena saya sudah jarang mendengar langsung mereka berinteraksi, dan menurut hemat saya,itu terjadi karena rasa sayang terhadap kakak laki-laki saya dan takut ‘kehilangan’, ternyata itu hanya sesaat. dan mulai sejak itu sampai sekarang saya menyayangi kakak ipar saya sepenuhnya, seperti saya menyayangi kakak laki-laki saya
Minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Harapan setiap pasangan tak terkecuali kakak saya untuk memiliki keturunan, alhamdulillah terkabul. Wahh subhanAllah saya sudah menjadi tante, tantee? Saat nya mencari Om nya nich . waktu itu sepertinya rasa itu telah pupus, hilang dihimpit gelombang kebahagiaan dan suka cita atas kelahiran ponaanku yang hampir 90 % mirip pisan dengan my brother, replikasi babehnya waktu kecil. Dan sebagian keluarga ada yang bilang kalau ia mirip saya –heuheu secara tantenya, satu sumber dengan babeh nya- Hmm… saya senang sekali menjadi ummi (panggilan yang lebih adem daripada tante) dari bayi (Syarifah Nabila Siron) lucu, imut dan ndut.
Sekarang Nabila sudah tumbuh menjadi anak-anak yang lincah, ceria dan mudah-mudahan sholehah (aamiin YRA), di umurnya yang masih balita, ia telah menjadi saksi satu-satunya saat-saat terakhir (sakratul maut) nenek nya (mama dari bunda Nabila) Nabila lah yang mengabari kepada nenek uyut nya (ibu dari neneknya) bahwa neneknya terjatuh (pingsan), dengan suara yang serak dan terkadang terharu ia menceritakan kejadian tadi kepada kami (keluarga ayahnya), psikisnya sempat terganggu, mogok makan dan hanya mau disuapi oleh Almarhumah nenek yang memang sehari-hari menjaganya, jika bundanya tidak bekerja, terkadang menangis sendiri, marah-marah dan bermenung.
Namun masa-masa depresinya telah berlalu, seriring recovery dari bunda, ayah, nenek kampuang (nenek dari ayahnya), ummi (saya) dan keluarga-keluarga yang lain, Nabila masih punya nenek . Kita doakan semoga nenek diampuni dosa-dosanya dan diberikan tempat yang terbaik di sisi Nya. Aamiin YRA .
Berkenaan dengan rasa itu yang sering saya sebut pada paragraf-paragraf sebelumnya, membuat saya melinkkan dengan apa yang pernah saya baca baru-baru ini dalam sebuah buku, saya lupa judulnya apa, ternyata ‘itu’ atau cemburu merupakan karakternya perempuan. Kecemburuan ini tidak terbatas pada lawan jenis (pasangan kita), namun bisa sesama jenis seperti cemburu melihat kakak perempuan lebih disayang nenek karena dia pintar dan cemburu tidak mengenal hubungan kekeluargaan. Alhamdulillah cemburu merupakan sebuah anugerah yang perlu disyukuri, tidak usah bayangkan jika kita tidak punya rasa cemburu, mungkin derajat kita lebih rendah dari hayawan (hewan). Cemburu itu mungkin sayang atau cinta yang pasti bukan dengki. Mungkin di tulisan-tulisan berikutnya saya share mengapa cemburu di klaim sebagai karakter perempuan?! 

No comments:

Copyright © Mye Gucci Urang-kurai